Abdussayap


Teman,

kita akan kemana?

Terbang?

Terbang tinggi ke langit?

Dan merasakan kecilnya dunia kita.

Merasakan lembutnya awan dan membawanya pulang?

 

Teman,

Kita mau ke mana?

Terbang tinggi ke langit?

Merasakan betapa bermartabatnya itu?

Merasakan betapa membanggakannya ketinggian itu?

 

Teman,

Sayap-sayap itu memang akan menerbangkan kita.

Tinggi dan menjanjikan.

 

Teman,

Kita memang harus terbang.

Agar dunia tahu bahwa kita ada.

Dan tinggi.

 

Tapi teman,

Jika hanya menambah berat badan.

Jika hanya menambah tinggi hati ini.

Sesungguhnya kita tak perlu sayap-sayap itu.

 

Jangan ragu kawan….

Jika berat dan memberatkan.

Letakkan sayap-sayap itu.

 

Letakkan saja sayap-sayap itu,

Jika membuat cermin kita retak

Dan membuat tuli hati ini

 

Jika perlu campakkan sayap-sayap itu.

Agar tak harus keras nasihat hati.

Agar tak harus kasar suara umat.

 

Teman,

Tak apa kita tak bersayap.

Biarkan kita disini.

Biarkan Ia izinkan kita menjemput kejayaan di sini.

Di bawah sini…

Di kesederhaaan ini…

 

Kawan,

Mari bersayap dan meninggi…

Tanpa menjadi abdussayap…

(Semoga Allah menjadi sayang kepada kita, aamiin)

 

-buku Sudahkah Kita Tarbiyah? Refleksi seorang Mutarabbi

Advertisement

Tak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri!


Delapan belas tahun lalu seorang bayi perempuan telah lahir dari rahim seorang wanita hebat, seorang wanita yang hingga kini kasih sayangnya tak pernah memudar walau hanya sekejab. Seketika setelah lahir, seorang ayah mengumandangkan adzan di telinganya, seorang ayah yang begitu menyayangi keluarganya, seorang ayah yang selalu bekerja keras demi keluarganya dan seorang ayah yang walau kata sayang tak pernah terucap darinya namun sayangnya pada keluarga begitu dalam hingga menembus hati putra-putrinya. Kini bayi itu telah tumbuh dewasa menjadi seorang mahasiswi sebuah perguruan tinggi ternama di negeri ini. Tumbuh bersama kedua kakak lelakinya yang sangat menyayanginya, gadis ini tak pernah kekurangan kasih sayang dari sekitarnya.

wahai, gadis yang beruntung

Kenapa kau masih saja termangu?

Sudahkah kau tengok kiri dan kananmu?

Lihatlah!

Betapa banyak mata yang tertuju padamu

Mata-mata yang menanti maha karyamu

Lihatlah!

Betapa banyak tangan yang menunggu uluranmu

Sudah sempatkah kau mengulurkan tanganmu untuk mereka, wahai gadis?

Lihatlah!

Dihadapanmu berdiri kedua orang tuamu

Orang tua yang kasih sayangnya padamu tak pernah pudar

Orang tua yang selalu ada untuk mendukungmu

Wahai gadis, sudahkah kau berbakti pada mereka walau hanya sekedar ucapan sayang?

Sudahkah kau mendoakan mereka dalam tiap doa-doamu?

Lihatlah!

Dikiri kananmu berdiri kakak-kakakmu yang terus menyayangimu

Kakak-kakak yang tak pernah rela ketika sang adik tersakiti

Kakak-kakak yang walau kata sayang tak pernah terucap

Namun, kau sadar bahwa semua yang mereka lakukan selama ini

Adalah wujud kasih sayang mereka

Putriku, sudahkah engkau menghadirkan sayangmu untuk mereka?

Sempatkah engkau menyapa mereka walau hanya sekedar dengan sms?

 

Hampir dua setengah tahun lebih, ku berada di bangku kuliah ini. Namun apa yang telah aku hasilkan? Sudahkah aku menjadi seorang yang bermanfaat? Sudahkah ku mampu membuat membahagiakan kedua orang tuaku? Sudahkah ku mampu memenuhi harapan-harapan orang di sekitarku?

Amal…

Mau sampai kapan kau termangu?

Kemana perginya semangatmu yang dulu membara?

Mana janjimu untuk menjadi seorang yang bermanfaat?

Mana rasa kepedulianmu yang dulu selalu memancarkan kasih sayangnya?

 

Amal..

Mana integritasmu?

Mana??

Bukankah kau tahu,

Bahwa seorang muslim yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin adalah seorang yang celaka?

Bukankah kau ingin termasuk sebagai golongan orang-orang yang beruntung?

Lalu, apa bukti usaha dari keinginanmu itu??

 

Tak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri, Mal!

Tak perlu menunggu esok tuk berubah

Tak perlu menunggu tuk diajak berubah

Karena dirimu adalah tanggungjawabmu

Apa yang akan kau katakan dihadapan Allah kelak ketika kau mempertanggungjawabkan kehidupanmu?

Apa??

 

Amal,,

Bangunlah!

Tatap masa depanmu!

Bergeraklah!

Temukan dirimu dalam mimpi-mimpimu!

Penuhi janji-janjimu!

Jadilah kau muslimah teladan!

Muslimah yang kelak menjadi bidadari surga!

Tunjukkan integritasmu!

Dakwahmu adalah keimananmu!

Dakwahmu adalah perbuatanmu!

Dakwahmu adalah lisanmu!

Dan Dakwahmu adalah hatimu!

 

Seorang amal adalah seorang muslimah yang kuat, muslimah yang bisa jadi teladan untuk sekitarnya, seorang muslimah yang berbakti pada orang tuanya, seorang muslimah yang kasih sayangnya selalu terpancar untuk orang-orang di sekitarnya dan seorang muslimah yang cintanya pada Allah melebihi cintanya pada makhluk dan cintanya pada dunia.

Amal, sudahkah kau siap untuk berubah lebih baik??!

 

 

I like Blue..


entah kenapa
warna biru itu begitu indah
mampu menyihir setiap mata yang memandangnya
mampu menawan hati yang melihatnya

biru itu sungguh mempesona
ia tampak lembut
tapi ia tak rapuh
ia tangguh
seakan mampu melawan segala rintangan yang ada di hadapannya
biru itu juga nampak sangat tulus
seakan senyum terindah selalu dipersembahkannya

entah kenapa juga saya jadi menulis notes tentang warna biru,,,aneh memang..
tapi biru ini bukan sembarang warna biru, tak semua biru seperti syair di atas..

seringkali birunya langit tak terlihat karena tertutup oleh awan mendung yang kadang begitu pekat seakan badai atau hujan yang besar terjadi, yang membuat setiap orang enggan keluar rumah karena takut..
tapi lihatlah kawan, ketika badai itu telah usai, langit tampaklah sangat indah dengan kemilau birunya..setiap orang yang merasa dirugikan oleh badai itu ketika melihat langit yang teduh nan damai tanpa ada awan yang menutupinya, berdecak kagum..memuji keagungan-Nya atas segala ciptaaan-Nya yang sungguh sempurna…langit biru itu kemudian membiaskan sinar mentari yang hangat guna kehidupan di bumi ini..

sama seperti laut, ketika badai kan tiba, laut akan tampak seperti raksasa yang sedang marah, ombak yang bergulung-gulung seakan siap menelan apapun yang ada dihadapannya,,,
tapi lihatlah kawan…ketika badai itu usai, kau kan lihat betapa laut itu sungguh tenang..ketika kau ada di tepi pantai memandang laut, kau kan melihatnya seperti permadani biru yang sangat luas…tak terbatas hingga ke cakrawala..

jika mengingat itu, saya jadi berpikir,,bukankah langit dan laut itu adalah seperti halnya hati kita? dan badai itu adalah segala cobaan yang sedang dan akan kita hadapi..jadikanlah hati seperti langit atau lautan yang luas kawan, ketika badai itu terjadi pada hati kita, janganlah larut pada badai itu, tapi jadikan ia sebagai refleksi hati kita,,,seperti apa kita selama ini..sudahkah kita mengingat-Nya dalam tiap deru nafas kita ataaukah kita lebih sering melalaikan-Nya hanya karena hal-hal keduniawian??

Dalam sebuah ta’lim pernah disampaikan, ketika seorang mukmin mendapatkan suatu hal yang tidak mengenakkan (musibah), maka pertama-tama, anggaplah musibah itu sebagai adzab dari Allah atas segala dosa kita yang telah menumpuk. Beristighfarlah, meminta ampunan pada-Nya atas segala dosa yang kita sengaja ataupun tidak dan bersyukurlah ,insyaAllah lebih baik dosa itu dibalas didunia daripada di akhirat yang akan jauh lebih pedih..Kemudian jadikan musibah itu sebagai ujian untuk naik derajat kita di hadapan Allah dan berprasangkalah baik pada Allah karena sesungguhnya Allah itu sesuai dengan persangkaan kita..lalui masa ini dengan tabah dan tawakal, segala keluh hanya akan membuatnya semakin beratdan seballiknya, segala syukur akan membuat cobaan ini makin ringan..

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”(Al-Insyirah:7)

Kawan, yakinlah bahwa cobaan itu akan berlalu, kita hanya perlu sabar dan tawakal..dan lihatlah kawan.. ketika kita telah mampu lulus dari cobaan itu, hati kita kan seperti pesona birunya lautan luas setelah dihantam badai,,,indah,,tenang,,dam

ai,,atau seperti birunya langit setelah badai, biru yang lembut namun tangguh..yang membias sinar mentari yang dibutuhkan seluruh penduduk bumi..

Indah kawan..

tapi ingatlah kawan, badai itu tak hany sekali, sama seperti dilangit ataupun lautan luas, badai akan datang berkali-kali, tapi berkali-kali pula langit dan laut menyuguhkan pesona keindahannya ketika badai itu tlah usai..

Hidup kita juga seperti anak-anak tangga yang sungguh banyak…tuk mencapai kehidupan yang hakiki di akhirat kita perlu menaiki tangga itu hingga ke puncak, dengan apa kita menaiki tangga-tangga itu kawan? dengan melalui segala cobaan dengan tabah dan tawakal..

Sebuah kepahitan


Penyesalan dan rasa bersalah adalah dua hal yang bisa membuatku sangat terpuruk dalam satu waktu yang berkepanjangan. Terlebih jika penyesalan dan rasa bersalah itu adalah akibat dari suatu tindakanku yang memnyebabkan luka pada orang lain. Aku akan merasa sedih dan sangat bersalah jika ada orang lain yang terluka karena sifat, ucapan ataupun perbuatanku. Aku sangat ingin selama hidupku tak ada orang yang terluka karenaku..

Tapi..

bukankah jalan kehidupan ini tak semulus harapan kita??

Di depan sana, di jalan kehidupan kita

Terhampar tanjakan curam nan terjal,

jalan nan sempit dengan dua jurang disisinya,

duri-duri yang membuat kaki kita perih karena luka,

dan disana juga banyak lubang yang kan membuat kita terjatuh dan terpuruk

Kawan, lubang itu ada yang bernama lubang kesedihan, lubang penyesalan, lubang rasa bersalah, lubang kegagalan, lubang futur, dan masih banyak lagi lubang yang lain. Setiap orang pasti tak ingin terjatuh pada lubang-lubang itu, tapi..bukan kehidupan namanya jika jalan yang kita lalui mulus-mulus saja. Adakalanya kita mesti jatuh pada lubang-lubang itu untuk dapat melangkah ke depan hingga kita bertemu dengan ujung dari kehidupan \ini.

Berkaitan dengan lubang kehidupan di atas, beberapa hari yang lalu, aku ikut dalam sebuah kepanitiaan dimana aku menjadi salah satu tim intinya yang bertanggung jawab pada keberjalanan satu divisi. Ternyata harapanku tak sejalan dengan kenyataan. Merasa sudah pede dengan bekal pengalaman kepanitiaan sebelumnya, dan di saat yang sama sedang berada pada tingkat ruhiyah yang cukup buruk. Saya membuat sebuah keputusan yang saya sendiri tak menyadari apa baik buruk dari keputusan tersebut. Yang pada akhirnya keputusan itu berakibat pada kekacauan acara dan turut andil dalam membuat seorang temanku celaka. Mau tak mau rasa bersalah itupun mendera hingga beberapa hari lamanya. Andai maaf dapat mengembalikan semua seperti semula, namun apa daya yang telah terjadi tak kan dapat diubah lagi. Dalam beberapa hari tersebut rasanya ku ingin jauh dari semua orang dan menyendiri. Pada saat itu, bukan hanya rasa bersalah yang mendera, tapi kefuturan juga turut menyertai dimana seakan-akan kurva keimanan sedang berada pada titik terendahnya.

Namun kawan,,,

Akhirnya aku menyadari bahwa, tindakanku menjauh dari orang hanyalah tindakan pengecut yang tak bertanggungjawab yang tak mau menghadapi kenyataan di depan mata, selain itu ku juga sadar bahwa merasa bersalah dan penyesalan yang berlebihan hanya akan menimbulkan penyesalan lain di kemudian hari.

Kawan,

Jika saat ini kalian sedang berada pada situasi seperti di atas, maka bangunlah kawan,,hadapi kenyataan yang ada di depan, jangan pernah takut karena Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang pada hamba-Nya. Jangan sampai kalian menyesal tuk kedua kalinya karena penyesalan yang berlebihan seperti yang terjadi pada kalian saat ini.

Kawan,,

Jika penyesalan dan rasa bersalah adalah salah satu lubang di jalan kehidupan kita maka jangan kau artikan ketika kau jatuh pada lubang-lubang itu maka kau berarti telah gagal. Bukan kawan..jika sekarang kau jatuh maka berarti kau telah mengambil satu langkah lebih maju tuk mencapai akhir perjalanan ini. Hanya orang-orang yang takut tuk melangkah majulah yang tak kan pernah jatuh. Jika kini kau jatuh maka bangkitlah dan bangunlah, keluarlah dari lubang itu untuk melangkah lebih maju lagi di jalan kehidupan ini. Jangan pernah takut jika suatu saat kau terjatuh lagi pada lubang-lubang itu, karena yakinlah bahwa jika kau sekarang jatuh maka kau akan dapat bangkit dan melangkah lebih maju tuk mencapai akhir yang indah dari jalan kehidupan ini..^_^